Senin, 13 Maret 2023

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Bekerja dengan Tanggung Jawab (Kejadian 2: 15)

“Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat bertanggungjawab sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

 

Kehidupan  manusia  tidak  mungkin  dilepaskan  dari  pekerjaannya.  Lewat bekerja, manusia memenuhi kebutuhannya, membangun lingkungannya hingga mengaktualisasikan dirinya. Manusia menyatakan keberadaannya lewat apa yang

ia kerjakan. Tentu bukan hanya manusia yang bekerja, binatang pun bekerja, seperti misalnya lebah atau semut yang dianggap sebagai binatang pekerja keras. Tapi kerja manusia jelas berbeda dengan kerja binatang. Manusia bekerja melibatkan akal pikirannya. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mampu merencanakan, mengerjakan hingga mengevaluasi apa yang ia kerjakan.

Hal lain yang membedakan kerja manusia dan binatang adalah manusia memberikan makna terhadap kerja dan kinerjanya. Binatang bekerja karena didorong kebutuhan biologisnya untuk dapat bertahan hidup. Sementara manusia bekerja melebihi kebutuhan biologisnya, manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan psikisnya dan pada tingkat yang lebih tinggi memenuhi kebutuhan spiritualnya. Maksudnya, dalam kerja terdapat dimensi spiritual.

Allah adalah Allah Pekerja. Enam hari lamanya Allah bekerja dalam penciptaan dunia dan pada hari yang ketujuh Ia beristirahat (Kejadian 1:1-15). Allah mau manusia sebagai gambar-Nya di tengah dunia juga bekerja. Ketika Tuhan menempatkan manusia dalam taman Eden dengan berbagai macam jenis pohon yang buahnya boleh dimakan dengan bebas, Tuhan juga memberikan suatu tanggung jawab kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kejadian 2: 15). Pemberian Allah berupa taman yang berisi berbagai macam pohon dan buahnya diiringi dengan kerja manusia yang bertanggung jawab. Jelaslah bahwa di dalam kerja ada dimensi spiritual, yaitu bagaimana

 

lewat kerja manusia bertanggungjawab kepada Allah atas apa yang Allah berikan. Manusia menjalin relasi dengan Allah lewat apa yang ia kerjakan.1

Berkaitan dengan pelaksanaan tugas akademis dosen dan mahasiswa harus menunjukan determinasi kerja secara konstruktif sehingga dapat terukur. Di dalam Perjanjian Baru disampaikan bahwa kita melakukan pekerjaan dengan satu ukuran, yaitu seperti untuk Tuhan. “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Di bagian yang lain Paulus juga menekankan bahwa apapun yang kita kerjakan adalah untuk kemuliaan Tuhan. “Aku menjawab jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Tuhan.” (1 Korintus 10:31). Oleh sebab itu, pekerjaan apapun, baik tugas dan tanggung jawab kita sebagai mahasiswa, dosen atau tenaga kependidikan, baiklah kita melakukannya dengan sungguh-sungguh seperti untuk Tuhan, untuk kemuliaan Tuhan.

Nilai kebaikan dari pekerjaan kita bukan diukur dari besar atau kecilnya pekerjaan itu, tapi dari apakah kita melakukannya dengan penuh tanggung jawab sepeti untuk Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan. (PDS)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

Tuhan Yesus Memberkat

Selasa, 14 Maret 2023

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Aku Tahu dalam Tahu yang salah (Mat. 25:24)

 

“Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.”

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat bertanggungjawab sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Renungan  ini  sengaja  diberi  tema:  aku  tahu  dalam  tahu  yang  salah.  Bila kita membaca cerita teks dalam Matius 25:24, kita membaca sebuah perumpamaan yang menampilkan orang tahu bahkan sepertinya tahu segalanya

tentang maksud tuannya. Lalu tuan itu memberi jawab seperti yang Nampak dalam ayat 26 dari teks renungan ini. Tuan itu menjawab bahwa hamba yang tahu segalanya dengan menyatakan bahwa: hamba ini jahat dan malas. Rupanya sikap jahat dan malas membuat hamba yang mendapat kepercayaan tuan dengan satu (1) talenta (karunia) tidak melaksanakan tanggungjawab atas kepercayaan tuannya. Hamba tersebut tidak menggunakan talenta yang diberikan kepadanya. Disini Nampak jelas bahwa tipe pribadi orang yang jahat dan malas selalu menunjukkan perbantahan yang tidak rasional ataupun perbatahan rasional tetapi tidak melaksanakan tanggungjawab tersebut.

Lalu bagaimana membentuk sikap tanggungjawab sebagai nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa? Tentu kita mulai dengan teks Matius 25:24. Apakah kita merasa bahwa kita hanya dipercayakan oleh pimpinan satu mata kuliah sehingga kita bermalas-malasa dalam persiapan dan pelaksanaan mengajar, atau mungkin saleri yang diberi begitu kecil sehingga kita tidak serius mempersiapkan materi dan memberi kuliah secara baik sehingga kita tidak termasuk orang yang menyimpan talenta, apalagi menyimpannya di tanah. Nasehat firman Tuhan terhadap kita yaitu berapa talenta atau tugas yang dipercayakan kepada kita mesti kita lakukan secara bertanggungjawab. Hamba yang jahat dan malas ini bisa saja berlaku apa yang disampaikan Rasul Paulus dalam Roma 16:20 yaitu ada Iblis di bawah kaki. Oleh karena doa dan harapan

 

agar Allah sumber damai sejahtera itu menghancurkan Iblis dibawah kaki. Renungan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa ada Iblis di bawah kaki dosen dan mahasiswa. Hal ini butuh pendalaman. Namun yang jelas hamba yang jahat dan malas berperilaku sama dengan mereka yang dalam hidupnya bukan melayani Kristus tetapi melayani perut mereka sendiri.

Berdasarkan firman Tuhan ini kita dapat pelajaran bahwa berapapun kemampuan yang ada pada kita maka kita mesti menggunakannya. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Dalam perbedaan kemampuan itu, kita mesti melakukan kemampuan kita sebaik mungkin. Bagi mahasiswa, firman Tuhan ini mengingatkan agar tidak menjadi pribadi yang jahat dan malas, khsususnya dalam mengerjakan tugas-tugas dari setiap mata kuliah.

Renungan ini diakhiri dengan mengutip pendapat Barclay, yaitu mereka yang telah menyelesaikan tugas secara baik mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas selanjutnya secara bertanggung jawab pula. Mereka tidak boleh bermalas-malasan karena telah menyelesaikan pekerjaan tetapi dengan selesainya pekerjaan yang telah mereka lakukan, mereka kembali mendapat kepercayaan untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang lebih besar dalam pekerjaan tuannya.1 Semoga kita menjadi dosen dan mahasiswa yang rajin dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan UKI kepada Kita. (YM)

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

Tuhan Yesus Memberkati

1 William Barclay,  Pemahaman Alkitab Setiap Hari. Injil Matius  Pasal 11-28 (Jakarta :  BPK,  2010), 512.

Rabu, 15 Maret 2023

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Teladan Kerendahan Hati (Yohanes 13:4-5)

 

“Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu”.

Tujuan Pembacaan: Membangun sikap rendah hati sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Pembasuhan  kaki  merupakan  konsep  yang  diterapkan  Tuhan  Yesus  tidak sekadar mengajar tanpa penerapan. Maksudnya, implementasi dari tindakan tersebut merupakan fungsi yang harus diterapkan dalam ajaran-Nya. Pada ayat 15, Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan, “Sebab Aku  telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. Yesus Kristus menyatakan bahwa Ia telah memberikan teladan (Yun.. hupodeigma) kepada murid-Nya yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai: example, pattern, copy, imitation. Pada dasarnya kata “hupodeigma” dipakai untuk menjelaskan contoh atau teladan terutama dalam hal kebajikan.

Makna Yesus Kristus melakukan pembasuhan kaki adalah sebagai media pengajaran kepada murid-murid-Nya dalam arti, mengambil tugas yang bukan tugas yang sesungguhnya. Menempatkan diri sebagai  bukan  orang  penting. Hal inilah yang tercermin dari cara pelayanan Yesus Kristus pada pasal 13. Dalam ayat 4 menjelaskan bahwa “bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah- Nya”. Tindakan memulai dan menanggalkan jubah adalah tindakan keteladanan kerendahan hati yang patut ditiru oleh orang Kristen khususnya dosen dan mahasiswa UKI. Dengan tidak menjadi angkuh oleh karena status yang disandang seperti: jabatan, kekayaan, kepintaran, gelar, melainkan mau menjadi bagian dalam lingkungan sosialnya.

Tuhan Yesus menyatakan bahwa Ia lemah lembut dan rendah hati (Matius11:29). Jika Yesus menampakan sifat-Nya seperti itu, apa yang harus kita pertahankan lagi? Perlu digarisbawahi bahwa kerendahan hati adalah bagian yang utuh dari kehidupan Tuhan Yesus. Inilah yang ditunjukkannya dalam peristiwa pembasuhan kaki. Tuhan Yesus tidak peduli dengan perasaan kemanu-siaan-Nya, tetapi Ia melaksanakan-Nya demi kemuliaan Bapa (Bandingkan dengan Kolose 3:23). Dalam wacana pembasuhan kaki, Tuhan Yesus meletakkan jabatan-Nya sebagai guru dan pemimpin dengan menempatkan para murid di tempat yang utama yang perlu dilayani. Ini kerendahan hati yang luar biasa! Kaki murid yang penuh dengan kotoran, Tuhan Yesus harus tunduk untuk  membersihkannya.  Max  Lucado menyatakan, “Dari semua momen yang memperlihatkan Yesus  sedang berlutut, tak ada yang lebih berharga  dari  saat  ketika  Dia berlutut  di hadapan  para  murid-Nya  dan  membasuh  kaki  mereka”. Pada  sisi  lain  hal ini menunjukkan tanggung jawab dan risiko  yang  harus  diemban  oleh seorang pemimpin. Pelayanan kerendahan hati sekali-kali tidak bertentangan dengan harkat dan martabat suatu jabatan. Pernyataan ini memunculkan pemahaman tentang sikap hidup yang harus dihidupi oleh dosen dan mahasiswa UKI terhadap orang lain. Rasul Paulus menegaskan bahwa tanda- tanda orang yang rendah hati adalah apabila seseorang menganggap orang lain lebih utama (Filipi 2:3). Mengutamakan orang lain berarti menganggap orang lain lebih tinggi, lebih penting tanpa mengabaikan dimensi diri sebagai pemberian anugerah Allah. Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus Kristus tidak hanya mengajarkan kerelaan melayani tetapi juga merupakan teguran keras atas sikap arogansi para murid yang membicarakan siapa yang terbesar di antara mereka sebagaimana dikisahkan di dalam Injil Lukas (Lukas 22:24- 27).1

Doa Penutup: (Jika ada yang ingin di doakan, petugas doa dapat meminta pokok- pokok doa untuk di doakan di kelas).

 

Tuhan Yesus Memberkati.

1 GIAWA, Nasokhili. Serving Others: Keteladanan Pelayanan Yesus Kristus Berdasarkan Yohanes 13. Integritas: Jurnal Teologi, 2019, 1.1: 54-65.

Kamis, 16 Maret 2023

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Berbagi dan Peduli (Matius 14:14)

 

“Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka”.

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat berbagi dan peduli sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Matius   mencatat   bahwa  ketika   Yesus  bersama   murid-murid-Nya mendarat di suatu tempat yang sunyi, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya telah ada di situ (Matius 14: 14). Respon Yesus ketika melihat orang banyak itu adalah tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Didorong oleh belas kasihan, Yesus kemudian menunjukkan kepedulian- Nya terhadap mereka. Yesus menyembuhkan mereka yang sakit (Matius 14: 14) dan mengajar mereka (Markus 6:34).

Yesus bersama murid-murid-Nya datang ke tempat itu sebenarnya secara sembunyi-sembunyi. Ini dilakukan oleh Tuhan Yesus bukan tanpa alasan. Yesus dan murid-murid-Nya ingin mengasingkan diri untuk sejenak beristirahat. Mereka sudah lelah karena baru saja menyelesaikan pelayanan. Begitu banyak orang yang datang dan pergi yang mereka layani, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Itulah sebab mereka hendak mengasingkan diri ke tempat yang sunyi (Markus 6: 31-32). Terlebih pada waktu itu Yesus mendengar berita bahwa Yohanes Pembaptis mati dipenggal (Matius 14: 12).

Kita bisa memahami seandainya karena alasan kelelahan dan berita menyedihkan akan kematian Yohanes Pembaptis, Yesus mengambil keputusan untuk tidak melayani orang banyak itu. Toh memang Yesus dan murid-murid datang ke tempat sunyi itu karena hendak beristirahat. Tapi nyatanya itu bukan pilihan yang diambil oleh Tuhan Yesus. Yesus justru mengambil satu keputusan untuk melayani orang banyak itu. Suatu teladan kepedulian yang luar biasa. Ditengah kepenatan situasi lingkungan kerja akademik, seharusnya dosen dan mahasiswa juga tidak mengambil alasan untuk tidak melayani, sebaliknya dalam situasi baik atau tidak baik waktunya kita dapat memberikan pelayanan kepada rekan kerja atau sesama mahasiswa yang membutuhkan pertolongan.

Kepedulian Yesus terhadap mereka yang lemah, sakit, dan menderita, bukan hanya Ia tunjukkan lewat pelayanan dan pengajaran terhadap mereka, tetapi lewat tindakan berbagi untuk memenuhi kebutuhan jasmani mereka, yaitu kebutuhan akan makanan. Ketika Yesus melayani dan mengajar mereka hingga hari sudah mulai malam, teringatlah murid-murid-Nya bahwa orang banyak itu belum makan. Lalu mereka berkata kepada Yesus: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” (Matius 14: 15). Tetapi kata Yesus kepada murid-murid-Nya itu: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” Dasar teologis yang utama dalam melaksanakan pelayanan sosial adalah Allah sendiri. Alkitab menyampaikan kepada kita bahwa Allah yang kita sembah sangat peduli dengan orang-orang miskin, lemah dan melarat. Setiap orang yang ingin mencintai dan mentaati Allah harus mempunyai kepedulian yang sama. Ratusan ayat alkitab menyatakan bahwa Allah mencintai orang-orang miskin. Yesus secara terus terang berkata bahwa jika kita gagal memberi makan orang lapar dan memberi pakaian kepada orang yang telanjang kita akan dibuang ke neraka (Mat 25). Banyak bagian lain dari Alkitab yang menyuarakan pentingnya kepekaan sosial dan perlunya tindakan kasih orang-orang percaya. Tindakan Yesus ini memberikan kita suatu pesan bahwa tampaknya Yesus ingin menunjukkan bahwa kepedulian dan sikap berbagi dengan sesama adalah tanggungjawab bagi setiap murid-murid-Nya.1 (LFL)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

Tuhan Yesus Memberkati

 

 

1 Soegijono, H., & Patora, M. (2020). Perbuatan Baik dalam Penginjilan Ditinjau dari Efesus 2: 10. Voice of HAMI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 3(1), 39-50

Jumat, 17 Maret 2023

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Aku Tahu dalam Tahu yang salah (Mat. 25:24)

 

Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku." Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN. ~ Yunus 1:1-3

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat bertanggungjawab sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Tidak salah seseorang pergi melancong ke suatu tempat seperti kota Tarsis (Tarsis sekarang adalah nama desa di Distrik Gunung Lebanon di seberang laut Tanah Israel dan Foenisia).1 Namun yang salah jika seseorang pergi ke suatu tempat karena memiliki motif meninggalkan panggilan hidupnya. Siapa dia? Yunus! Dia pergi ke Tarsis karena meninggalkan panggilan Tuhan yang menyuruhnya ke Niniwe adalah karena motifnya melarikan diri dari tanggung jawab. Pertanyaannya apakah Yunus tidak boleh ke Tarsis sama sekali? Sudah barang tentu tidak, Yunus boleh pergi ke Tarsis untuk berlibur setelah ia menyelesaikan tugasnya di Niniwe.

Yunus adalah seorang Nabi Tuhan yang dipanggil khusus untuk memberitakan penghukuman Tuhan pada orang-orang Niniwe atas kejahatan mereka (Yun. 1:2). Namun Yunus sangat membenci Orang Niniwe karena “…kekerasan yang dilakukannya.” (Yunus 3:8b) “Celakalah kota penumpah darah itu! Seluruhnya dusta belaka, penuh dengan perampasan dan tidak henti-hentinya penerkaman!” (Nahum 3:1). Dampak Pelarian Yunus Atas Panggilan Tuhan mengakibatkan kegagalan. “Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur.” (Yunus 1:4). Yunus menjadi sumber masalah bagi orang lain. (Yunus 1:7-8). Selanjutnya Yunus mengalami masalah (Yunus 1:15,17) dia ditelan ikan besar tiga hari lamanya, namun Tuhan menyelamatkannya, dan dia menyelesaikan tugasnya dengan bertanggung jawab.2

Kata “tanggung jawab” memiliki beberapa arti. Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), mengartikan tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, bahkan jika terjadi sesuatu seseorang yang bertanggung jawab bisa dituntut, dipersalahkan, dan diperkarakan. Maksudnya, tanggung jawab bukanlah perkara sepele. Setiap orang punya tanggung jawab masing-masing, baik yang dipercayakan Tuhan, diberikan manusia maupun karena posisinya dalam lingkungan masyarakat tertentu. Karena itu dibutuhkan sikap untuk menjalankan tanggung jawab tersebut dengan baik. Ironisnya, dalam implementasi pada kehidupan kekristenan masih banyak yang mengabaikan tanggung jawabnya dan tidak sedikit justru mencoreng nama baik Tuhan karena kelakuan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Contohnya dalam situasi akademik, banyak dosen melarikan diri dari tanggung jawabnya serta melalaikan tugas-tugas tri-dharma perguruan tinggi dengan alasan terlalu banyak mengajar, lupa, sedang menjabat, dan lain sebagainya. Sebagai mahasiswa terlalu sibuk dengan bermain tiktok, games, nongkrong bersama teman lupa waktu belajar, pacaran, menunda tugas mata kuliah dan lain sebagainya. Apakah Tuhan suka dengan orang Kristen seperti ini? Tentu saja tidak. Tuhan Yesus menghendaki untuk meneladani-Nya bagi orang lain. Karena itu penting bagi orang Kristen untuk kembali diingatkan soal identitasnya di dalam Tuhan. Panggilan kita sebagai civitas akademik UKI, dosen dan mahasiswa senantiasa berpatokan pada teladan Yesus yang selalu bertanggung jawab dengan apa yang Dia kerjakan berasaskan “kerja keras, kerja cerdas, kerja tangkas, kerja ihklas, dan kerja tuntas” (finishing well) sehingga hidup kita tidak sia-sia dan menjadi inspirator bagi sesama manusia serta memuliakan Tuhan. (DRK)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

 

Tuhan Yesus Memberkati

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Tarsis

2   https://www.gkii-pintuelok.org/yunus-menjadi-saksi-tuhan-di-kota-niniwe/