Senin, 27 Februari 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Berbagi dan Peduli (2 Samuel 16:1-4)

 

Ketika Daud baru saja melewati puncak, datanglah Ziba, hamba Mefiboset, mendapatkan dia membawa sepasang keledai yang berpelana, dengan muatan dua ratus ketul roti, seratus buah kue kismis, seratus buah-buahan musim panas dan sebuyung anggur. Lalu bertanyalah raja kepada Ziba: "Apakah maksudmu dengan semuanya ini?" Jawab Ziba: "Keledai-keledai ini bagi keluarga raja untuk ditunggangi; roti dan buah-buahan ini bagi orang-orangmu untuk dimakan; dan anggur ini untuk diminum di padang gurun oleh orang-orang yang sudah lelah." Kemudian bertanyalah raja: "Di manakah anak tuanmu?" Jawab Ziba kepada raja: "Ia ada di Yerusalem, sebab katanya: Pada hari ini kaum Israel akan mengembalikan kepadaku kerajaan ayahku." Lalu berkatalah raja kepada Ziba: "Kalau begitu, kepunyaanmulah segala kepunyaan Mefiboset." Kata Ziba: "Aku tunduk! Biarlah kiranya aku tetap mendapat kasih di matamu, ya tuanku raja."

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat berbagi dan peduli sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

 

Berbagi dan peduli merupakan salah satu dari nilai-nilai UKI yang harus dihidupi oleh seluruh keluarga besar UKI. Hal menarik yang mau ditonjolkan dari nilai-nilai ini adalah buah dan aksi nyata dari suatu kepedulian.  Berbagi lebih dirasakan dari pada hanya sekedar peduli.

Teks ini menceritakan kehidupan Daud dalam pelariannya bersama para pegawai dari Yerusalem (2 Sam.15) untuk menghindari musibah pemberontakan dan jatuhnya korban karena kudeta yang dilakukan oleh Absalom, anaknya dan lebih-lebih sebagian besar bangsa Israel sudah mencondongkan hatinya kepada Absalom (2 Sam. 15:13-37).

Dalam perjalanannya Daud bertemu dengan Ziba hamba Mefiboset ketika melewati puncak. Ziba adalah seorang hamba dari Saul dan kemudian melayani cucu dari Saul yaitu Mefiboset bin Yonatan bin Saul. Terlepas apa motivasi dari Ziba tetapi pada bagian ini kita dapat melihat bukti nyata kehidupan berbagi dan peduli dari Ziba kepada Daud dan pengikutnya. Tentunya banyak yang tahu ketika Daud dan pengikutnya melarikan diri dari Yerusalem tidak membawa perbekalan yang cukup dan telah letih dalam perjalanan. Ziba terketuk hatinya untuk berbagi dan peduli atas kebutuhan Daud dan orang-orangnya. Walaupun dengan cara yang “tersembunyi” kepada tuannya—Mefiboset (2 Sam.19:26) atas kepergiannya bertemu Daud. Keledai-keledai yang dibawa Ziba untuk ditunggangi oleh Daud dan keluarganya serta roti dan anggur untuk orang-orangnya yang sudah lelah (2 Sam. 15:1-2) cukup menolong Daud dan pengikutnya. Walaupun statusnya hanya seorang hamba yang mungkin bagi sebagian orang tidak akan mampu berbagi dan peduli namun Ziba telah menunjukkan bahwa berbagi dan peduli bukanlah hanya milik orang-orang yang punya status jabatan dan ekomoni yang cukup. Ziba telah mewakili golongan-golongan yang tak dipandang di dalam lingkungan gereja dan kekristenan. Walaupun Ziba tidak menduga apa respons Daud, tetapi Ziba yakin suatu saat Daud akan kembali menjadi raja kebalikan atas pernyataannya tentang harapan Mefiboset  (2 Sam 16:3).

Ternyata apa yang dilakukan oleh Ziba mendapat tanggapan positif dari Daud, bahkan lebih dari itu bahwa apa yang menjadi kepunyaan tuannya juga menjadi kepunyaan dari Ziba. Itulah janji Daud kepadanya. Pada waktu Daud bertemu dengan Mefiboset, ia ingat akan janjinya kepada Ziba, sehingga Daud berkata ladang milik Mefiboset harus dibagi dengan Ziba (2 Sam.19:29).

Berbagi dan peduli bukan hanya bisa dilakukan oleh orang rendahan seperti Ziba, tetapi juga dapat dilakukan oleh seorang pemimpin seperti Raja Daud. Melihat kebaikan hati dan pertolongan yang diberikan Ziba kepadanya di masa-masa sulit mendorong Daud melakukan hal yang sama pada waktu yang tepat dan apalagi memang dirinya memiliki kewenangan untuk melakukannya. Ziba dan Daud telah menunjukkan bahwa sebagai orang percaya seharusnya mampu  berbagi dan peduli. Mungkin kita tidak seperti Ziba melakukan dengan materinya dan Daud dengan jabatannya kelak, tetapi sebagai pimpinan dan bawahan, dosen dan mahasiswa kita dapat berbagi dan peduli  dengan apa yang kita miliki seperti pengetahuan, skill, status, dan jejaring kita, mungkin kita tidak bisa secara langsung melakukannya tetapi kita  bisa  menggerakan orang lain untuk melakukannya demi berbagi dan peduli dengan sesama kita. Amin. (DTB)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati

Selasa, 28 Februari 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Power Tends To Corrupt (Lukas 22:25-26)

Tujuan  Pembacaan: Membentuk sifat rendah hati sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa

 

Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:25-26)

 

 

ower tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely” atau kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup, merupakan ungkapan yang terkenal dari Lord Acton (1834–1902). Nama aslinya adalah John Emerich Edward Dalberg-Acton, Baron Acton pertama, Marquess of Groppoli ketiga belas, dalam monarki kerajaan Inggris. Lord Acton adalah seorang sejarawan, politisi, dan penulis Katolik di Inggris. Pada tahun 1895, dia diangkat menjadi Profesor Regius Sejarah Modern di Cambridge University. Dia menyampaikan dua mata kuliah Revolusi Prancis dan Sejarah Modern. Berdasarkan para penguasa dari masa ke masa, termasuk dalam revolusi Prancis dan sejarah modern, dia menyimpulkan bahwa kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Uskup (Bishop) Gereja Anglikan, Mandell Creighton, pada tanggal 5 April 1887. Lebih jelasnya, dia menulis “Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Orang-orang hebat hampir selalu orang jahat, bahkan ketika mereka menjalankan pengaruh dan bukan otoritas; terlebih lagi jika Anda menambahkan kecenderungan kepastian korupsi oleh otoritas.”

Hal serupa diungkap oleh Yesus Kristus setelah menyaksikan pertengkaran di antara kedua belas orang murid-Nya tentang siapakah yang dapat dianggap paling terbesar di antara mereka. Mereka bertengkar di sela-sela acara makan malam bersama dalam rangka merayakan Paskah Yahudi, sebab Yesus dan kedua belas murid-Nya adalah orang Yahudi dan beragama Yahudi. Suasana makan Paskah yang khusuk tersebut terusik Ketika Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dan bahwa ada di antara para murid-Nya yang akan mengkhianati Dia. Mereka mempersoalkan siapa yang terbesar di Kerajaan Allah dan lupa bahwa ada di antara mereka yang akan menjadi pengkhianat. Oleh karena itu, Yesus memperingatkan para murid bahwa mereka tidak boleh mengikuti penguasa-penguasa dunia yang memperebutkan jabatan dan kekuasaan, sehingga lupa akan persoalan utama yang sementara terjadi. Kekuasaan yang direbut dengan kekerasan akan menghasilkan penguasa-penguasa yang memerintah dengan tangan besi. Jabatan yang diraih dengan tipu muslihat akan mewariskan pemerintahan yang busuk dan penuh kemunafikan. Yesus tidak ingin hal itu terjadi dalam Kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Dia menegaskan bahwa siapakah yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Paling muda artinya mengambil sikap lebih banyak belajar, belajar dan belajar dari para senior. Pemimpin sebagai pelayan artinya pemimpin yang mau melayani dan bukan dilayani, sebagaimana moto UKI. Itulah wujud dari seorang yang rendah hati.

Bagaimana dengan kita sebagai dosen dan mahasiswa. Ketika Allah menempatkan kita sebagai pemimpin dalam lingkungan kita masing-masing, maka gaya kepemimpinan seperti apakah yang telah, sedang dan akan kita praktikan? Apakah sosok seorang penguasa dunia yang otoriter ataukah sosok sosok penguasa dunia yang melayani? Lebih jauh lagi, aspek manakah yang lebih sering kita tonjolkan dalam hidup kita? Diri yang penuh kuasa ataukah diri yang penuh kasih? Bila kita sadar bahwa kuasa cendrung untuk korup (baca: merusak), maka praktikanlah kasih yang mampu memulihkan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh kuasa yang merusak itu. Oleh karena itu, milikilah kerendahan hati agar kita sungguh-sungguh dapat mempraktikan gaya hidup yang melayani, bukan dilayani, sebagaimana moto UKI, agar kita dapat menjadi yang terbesar, seperti janji dari Tuhan Yesus.

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati

Rabu, 1 Maret 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Berintegritas (Amsal 19:1)

Tujuan  Pembacaan: Membentuk sifat berintegritas sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa

“Lebih baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang bibirnya bebal"

 
   

Mengapa ‘berintegritas’ menjadi suatu nilai UKI yang mesti terbentuk dalam diri kita (dosen dan mahasiswa). Di dunia ini bahkan di sekitar kita, ada yang banyak berbicara tetapi tidak sinkron dengan kehidupan nyata. 

Dalam Kitab Amsal, Firman Allah yang diilhamkan itu diberikan dalam bentuk sastra Yang khusus. Bila Daud memakai sarana puisi, maka Salomo memakai sarana sastra Hikmat, yang cara mengajarnya sebagian besar dengan menggunakan kontras. Melalui penggunaan kata kontras seperti itu, Allah melalui penulis kitab Amsal hendak menyadarkan kepada kita bahwa kebenaran memuliakan seseorang, tetapi dosa selalu mendatangkan celaan. Dalam ayat 1 dari teks renungan kita, kontras itu ditunjukkan dengan seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal. Boleh saja kita katakana bahwa mereka yang hidupnya sesuai dengan kebenaran lebih baik dari pada orang yang banyak bicara tetapi hidupnya tidak sesuai dengan apa yang diucapkan/diajarkan. Lalu bagaimana nilai bersih kelakuan terbentuk dalam diri civitas Universitas Kristen Indonesia, Pemazmur memberi arah kepada mereka yang “muda” dengan menyatakan: Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau (Mazmur 119:9-16).

Sejumlah literature Kristen yang salah satunya saya pilih yaitu dari Kenneth Boa dkk menyatakan bahwa: “secara alkitabiah kebaikan moral integritas terletak pada adanya konsistensi antara apa yang ada di dalam dan apa yang diluar, antara apa yang dipercayai dan perilaku sehari-hari, antara perkataan dan perbuatan, antara sikap dan tindakan, antara nilai-nilai dan praktik hidup kita.”(2013:62).

Definisi konseptual yang disampaikan Kenneth Boa tentang integritas dalam pertimbangan teks renungan kita, ada dalam penggambaran tentang orang miskin yang kelakuannya bersih. Orang miskin pada waktu itu dapat saja tergoda untuk melakukan perilaku yang tidak terpuji misalnya mencuri dan lain sebagainya. Namun penulis Amsal menyatakan bahwa walaupun miskin tetapi tindakannya sebagaimana yang oleh Boa disebut dengan konsitensi antara apa yang ada di dalam dan apa yang diluar, antara perkataan dan perbuatan selaras (harmonis).

Integritas memang istilah umum bahkan universal. UKI memilih kata Integritas untuk menjadi sebuah nilai yang berlaku bagi komunitasnya, pertama-tama dan utama dipengaruhi oleh teks suci yaitu Amsal 19:1 dan konteks kekinian yang sedang menghadapi berbagai tindakan yang bertentangan dengan nilai integritas. Integritas (baca:kehidupan yang selaras antara ucapan dan kehidupan praktis) akan terbentuk dalam diri kita apabila kita mengamalkan firman-Nya seperti yang dinyatakan oleh pemazmur. Sepanjang kita setia pada pembacaan dan pengamalan firman-Nya maka sepanjang itulah integritas akan terbentuk dan menjadi kebiasaan yang unggul dan pada akhirnya civitas UKI yang berintegritas adalah civitas yang berporos pada firman-Nya.

 

Berdasarkan teks renungan yang didasarkan pada Amsal 19:1 maka orang yang berintegritas adalah orang yang selalu menjaga dirinya agar kelakuannya selaras dengan kehidupannya sebagai umat pilihan. Standar kehidupan umat pilihan yaitu firman Tuhan. Kehidupan yang sesuai atau menjaga kehidupan yang sesuai firman Tuhan dalam kehidupan yang berinteraksi dengan lawan-lawan kebenaran yang berusaha menawan perilaku yang buruk. Dalam teks ini kehidupan buruk yaitu kehidupan seseorang yang serong bibirnya lagi bebal. Orang-orang seperti ini bukanlah orang berintegritas.

Kita diperhadapkan dalam dua kontras kehidupan, yaitu kehidupan yang oleh penulis Amsal disebut dengan orang miskin dan pada sisi lain ada orang yang hidupnya, bicaranya tidak seirama (orang yang serong bibirnya). Dua kontras kehidupan dan perilaku yang sesuai dengan harapan UKI yaitu walau miskin tetapi kelakuannya baik.

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati

Kamis, 02 Februari 2023

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Kebiasaan Berbagi Dan Peduli Dalam Diri Secara Akademis Maupun Praktis (Ibrani 10:24)

“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat berintegritas sebagai bagian dari nilai- nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

 

Nilai UKI yang harus terbentuk dalam diri civitas Universitas Kristen Indonesia yaitu “Berbagi dan Peduli”. Lalu mengapa berbagi dan peduli menjadi nilai UKI?Universitas Kristen Indonesia mendasari nilai-nilai kehidupan civitas akademika berdasarkan Ibarani 10:24 karena keberadaan UKI tidak dapat dipisahkan dari iman Kristen yang didasarkan pada kitab suci. Walaupun demikian UKI tidak eksklusif tetapi inklusif. Artinya UKI menghargai perbedaan. Itulah sebabnya UKI terbuka dengan siapa saja anak bangsa ini yang hendak dibentuk kadar ilmiahnya sebagai insan manusia Indonesia yang pancasilais. Keterbukaan ini menegaskan salah satu nilai yang diusung UKI yakni berbagi dan peduli.

Bila UKI mengambil dari teks kitab suci yaitu Alkitab untuk kemudian dijadikan sebagai nilai yang membentuk pola pikir, sikap dan perbuatan maka hal ini menegaskan bahwa hanya dalam kepercayaan kepada Yesus yang telah memberi contoh dalam berbagi dan peduli itulah maka penulis Ibrani menyampaikan seruannya yakni: “… marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik (Ibrani 10:24).

Topik berbagi dan peduli dalam teks Ibrani 10:24 menjadi pokok yang menarik dan menjadi sesuatu yang unggul dalam konteks yang lebih umum. Dalam konteks umum, saling mendorong mungkin saja dilakukan tanpa keunikan sebagaimana dorongan yang disebutkan dalam Ibrani 10:24. Keunikan itu terletak pada kata kasih. Itulah sebabnya penulis kitab Ibrani menyatakan marilah kita saling mendorong dalam kasih. Mendorong dalam kasih menjadi ciri khas nilai UKI untuk melakukan sesuatu. Namun mendorong dalam kasih mesti dilanjutkan lagi dengan sebuah kegitan yaitu “pekerjaan baik”. Mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik menjadi dua hal yang mesti dilakukan oleh kita.

Kita dapat melakukan berbagi dan peduli dalam berbagai cara. Cara ilmiah, kita berbagai kepada mereka yang belum paham hal-hal yang bersifat akademis. Dosen mesti sabar memberi penjelasan kepada mahasiswa manakala mahasiswa belum paham materi yang dijelaskan. Ada dosen yang berbagi pengetahuan ilmiah dengan mahasiswa maupun sesama dosen. Selain itu secara praktis, dosen memberi perhatian kepada mahasiswa, mendoakan mahasiswa, merespon WA mahasiswa, manakala mahasiswa bertanya. Maksudnya, jika mahasiswa memerlukan bantuan untuk keperluan akademis sudah selayaknya dosen dan tenaga kependidikan menaruh perhatian khusus pada masalah seperti ini dalam kasih dan pekerjaan yang baik. Artinya, jika ada teman yang mengalami kesulitan bantulah dalam dorongan kasih dan melakukan sesuatu yang baik. Kita memang berbeda, khususnya dalam hal keyakinan. Namun kita ada dalam UKI dan tentu nilai UKI tentang berbagi dan peduli dapat kita lakukan di lingkup kampus maupun di luar kampus.

Situasi dan kondisi di era disrupsi dan pandemik sangat berat. Masalah yang mesti kita hadapi tidak ringan dan lama kelamaan mampu membuat iman kita memudar. Orang bisa hilang pengharapan jika didera masalah terus menerus. Kepedulian merupakan bagian dari kasih yang seharusnya memenuhi hati orang percaya.Karena itu kita diwajibkan untuk saling tolong menolong, dan dengan demikian itu artinya kita telah memenuhi hukum Kristus (Galatia 6:2). Kasih dan perbuatan baik atau berbagi dan peduli tidak terjadi secara otomatis dalam diri kita tetapi melalui proses. Kita belajar dari sekarang untuk membentuk nilai berbagi dan peduli dalam diri kita. (YM)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati