Rabu, 26 April 2023

 

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Teguh Memegang Komitmen (Daniel 6: 10-12)

 

Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu. Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya.

Plato,  Aristoteles  dan  Aquinas  (  dalam  Olson,  1998a)  mengemukakan bahwa integritas berasal dari bahasa latin yaitu integrity yang bermakna “as whole and represents completeness”, artinya, integritas mendeskripsikan manusia seutuhnya. Integritas merupakan keseluruhan dari bagian-bagian tertentu. Maksudnya, integritas adalah karakter yang telah menyatu dalam kehidupan seseorang yang digunakan untuk mencapai seluruh kebajikan dan kebahagiaan.

Integritas seseorang erat kaitannya dengan jati diri yang sejati. Seluruh aspek kehidupannya, baik yang internal maupun eksternal, berjalan dengan harmonis, tanpa kepalsuan atau kemunafikan. Alkitab menunjukkan bahwa orang yang berintegritas punya hubungan atau pergaulan yang erat dengan Tuhan. Misalnya, Daniel. Daniel tokoh di Alkitab yang selalu berusaha hidup benar, mau terus belajar, dan menjadi pelaku firman yang setia sebagaimana Daniel 6: 10-12 jelaskan, “Sebab itu raja Darius membuat surat perintah dengan larangan itu. Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Lalu orang-orang itu bergegas-gegas masuk dan mendapati Daniel sedang berdoa dan bermohon kepada Allahnya”. Posisi Daniel sebagai pejabat tinggi di Kerajaan Media-Persia membuat banyak pejabat lain iri dan tidak senang. Untuk menjatuhkan Daniel, mereka memengaruhi Raja Darius untuk mengeluarkan perintah terkait larangan ibadah kepada siapa pun, kecuali raja (Daniel 6:4-7). Namun, Daniel merupakan sosok yang memiliki integritas. Ia teguh memegang komitmennya dalam doa dan untuk tidak menyembah berhala. Bahkan, dimasukkan ke gua singa pun tak dapat menggoyahkan hati dan imannya kepada Allah. Integritas berarti memegang komitmen dan loyalitas. Mereka yang punya integritas akan menepati janji dan mempertahankannya sampai akhir, walaupun itu membutuhkan pengorbanan. Sebaliknya, kegagalan dalam memenuhi komitmen sering kali mencerminkan lemahnya integritas seseorang. 

Sebagai dosen dan mahasiwa, sudahkah kita berkomitmen terhadap iman kita? Apakah janji yang kita ikat dengan Tuhan mulai digoyahkan oleh gaya hidup buruk? Apakah iman kita mudah dipengaruhi teman, lingkungan, keluarga, atau berbagai persoalan hidup yang melanda? Mari belajar membangun integritas seperti Daniel dengan menjaga komitmen kita terhadap Tuhan serta menaati firman-Nya.

Doa Penutup: (Jika ada yang ingin di doakan, petugas doa dapat meminta pokok- pokok doa untuk di doakan di kelas). Tuhan Yesus memberkati.

 

Tuhan Yesus Memberkati

 

1 https://gkdi.org/blog/integritas/

Kamis, 27 April 2023

 

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Jangan Kamu Melakukan Kewajiban Agamamu Di Hadapan Orang Supaya Dilihat (Matius 6:1-2 ).

 

Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat berbagi dan peduli sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Tuhan  Yesus  melarang  para  pengikutnya  untuk  memamerkan  sedekah  di depan umum (ayat 1). Larangan ini tampaknya merupakan kritikan terhadap orang-orang munafik pada waktu itu (orang-orang Farisi dan ahli Taurat). Dalam

gambaran yang sangat dramatis (entah bersifat hurufiah atau figuratif), Tuhan Yesus melarang kita untuk “mencanangkan” sedekah (ayat 2, salpisēs). Menurut kamus, “mencanangkan” berarti membunyikan canang (gong kecil) sebagai tanda ada pengumuman, pernyataan, atau pertunjukan di depan publik.

Yang dipersoalkan oleh Tuhan Yesus di pasal 6:1-2 bukanlah tempatnya. Beberapa tindakan sedekah memang tidak terelakkan harus dilakukan di depan publik. Inti persoalan bukan tempat, melainkan hati. Motivasi orang. Itulah yang sedang disorot di sini. Kata “supaya dilihat mereka” (ayat 1) maupun “supaya mereka dipuji orang” (ayat 2) menyiratkan bahwa pokok masalah berada di sana. Untuk memenuhi motivasi buruk ini, sebagian orang sengaja memperlihatkan kebaikan mereka. Pemberian sedekah yang didorong oleh motivasi yang keliru layak dikategorikan sebagai kemunafikan.

Tuhan Yesus mengajarkan dua hal penting. Yang pertama, pemberian bukan untuk mencari pujian dari orang lain. Sedekah harus dilakukan secara tersembunyi. Kita tidak usah memperlihatkan kepada orang lain namun semua dilakukan untuk kemuliaan Tuhan semata. Yang kedua, pemberian bukan untuk mencari kepuasan diri. Di ayat (3) Tuhan Yesus tidak hanya memperingatkan agar jangan ada orang lain yang tahu, melainkan juga agar jangan tangan kiri kita mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanan kita. Kali ini bukan respons orang lain yang Ia sedang pikirkan, melainkan respons dari diri kita sendiri. Seorang yang memuji dirinya sendiri sama bersalahnya dengan orang yang menginginkan pujian dari orang lain. Kita mungkin tidak mau orang lain melihat perbuatan baik kita, tetapi jika kita merasa diri benar dan saleh dalam melakukan hal itu, kita tetap dianggap bersalah. Apabila kita merasa senang pada saat kebaikan kita yang tersembunyi diketahui oleh orang lain, kita pada dasarnya sudah melakukan kesalahan yang sama.

Jika kita melakukan semua kebaikan secara tulus (hanya untuk kepentingan orang lain dan kemuliaan Allah), hal itu justru memberi upah kepada kita. Bapa di sorga mengawasi setiap tindakan kita, bahkan yang dilakukan di tempat tersembunyi sekalipun. Dalam kedaulatan-Nya Ia memberikan respons setimpal terhadap tindakan kita. Kita tidak boleh melakukan kebaikan kepada orang lain dengan harapan akan mendapat kebaikan dari Allah. Itu bukan perbuatan yang sungguh-sungguh baik, melainkan egoisme yang terselubung. Itu adalah keagamaan yang manipulatif. Kita memperalat orang lain dan Allah demi kepentingan diri sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, sebagai dosen dan mahasiswa UKI kita perlu menjaga hati kita dengan baik. Sebisa mungkin, setiap pemberian tidak usah diketahui oleh orang lain. Jika identitas kita terpaksa diketahui oleh orang lain, berdoalah agar hati kita tetap terjaga dari kesombongan. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).1 (REC)

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

 

 

Tuhan Yesus Memberkati

1 Reformed Exodus Community https://rec.or.id/bersedekah-matius-61-4/

Jumat, 28 April 2023

 

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Apa Yang Ditabur Orang, Itu Juga Yang Akan Dituainya (Galatia 6:7)

 

Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan.

Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”

 

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat disiplin sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

 

Sebagai   dosen  dan  mahasiswa  kedisiplinan  adalah   bagian  dari   kinerja akademik. Disiplin merupakan kunci dari kesuksesan, seorang atlet bisa memenangkan pertandingan karena ia disiplin berlatih. Orang bisa berhasil diet karena ia disiplin olahraga dan jaga pola makan. Mahasiswa mengatur waktu belajarnya sehingga lulus tepat waktu. Dalam beberapa situasi disiplin bisa sangat diperlukan. Jika tidak ada disiplin, hasilnya tidak akan baik. Kesan yang ditimbulkan adalah tidak teratur, tidak sesuai, menyimpang atau tidak tepat waktu.

Disiplin diri adalah penting dalam setiap usaha dalam kehidupan. Definisi terbaiknya adalah kemampuan untuk mengatur perilaku seseorang dengan prinsip dan keputusan yang tepat, bukan oleh dorongan, keinginan, atau kebiasaan sosial. Bisa dikatakan memang untuk bersikap disiplin perlu mempunyai sikap patuh terhadap peraturan dan tunduk pada pengawasan. Disiplin juga membutuhkan latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa disiplin adalah sebuah sikap kepatuhan kepada aturan. Dengan melaksanakan disiplin, berarti semua pihak dapat menjamin kelancaran berbagai aktivitas, antara lain belajar, bekerja, berusaha, dan lain-lain.

Dari sudut pandang alkitab, disiplin diri dapat diringkas dalam satu kata: ketaatan. Artinya, ketaatan adalah kunci kedisiplinan. Ketaatan dimulai dari hal yang kecil dan tidak harus selalu yang besar. Belajar disiplin diri dalam hal-hal kecil dalam kehidupan mempersiapkan jalan bagi keberhasilan besar. Di sisi lain, mereka yang tidak disiplin dalam hal-hal kecil kemungkinan akan tidak disiplin dalam masalah yang lebih penting. Itu sama saja dengan mengabaikan perintah Tuhan, bahwa kita mengabaikan kasih karunia yang Tuhan telah berikan. Rasul Paulus menjelaskan dalam Galatia 6:7, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” Ayat ini membicarakan tentang bagaimana berupaya disiplin kita bisa mendapatkan hasil yang baik. Namun, apabila kita tidak disiplin, tentu ada hal hal yang akan berdampak buruk bagi kita. Sebagaimana apa yang ditabur orang, itulah juga yang akan dituainya. Jadi penting mengingat akibatnya jika tidak disiplin. Marilah kita belajar berdisiplin!

 

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

 

Tuhan Memberkati