Selasa, 21 Februari 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Power Tends To Corrupt (Lukas 22:25-26)

Tujuan  Pembacaan: Membentuk sifat rendah hati sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa

 

Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:25-26)

Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolutely” atau kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup, merupakan ungkapan yang terkenal dari Lord Acton (1834–1902). Nama aslinya adalah John Emerich Edward Dalberg-Acton, Baron Acton pertama, Marquess of Groppoli ketiga belas, dalam monarki kerajaan Inggris. Lord Acton adalah seorang sejarawan, politisi, dan penulis Katolik di Inggris. Pada tahun 1895, dia diangkat menjadi Profesor Regius Sejarah Modern di Cambridge University. Dia menyampaikan dua mata kuliah Revolusi Prancis dan Sejarah Modern. Berdasarkan para penguasa dari masa ke masa, termasuk dalam revolusi Prancis dan sejarah modern, dia menyimpulkan bahwa kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Uskup (Bishop) Gereja Anglikan, Mandell Creighton, pada tanggal 5 April 1887. Lebih jelasnya, dia menulis “Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Orang-orang hebat hampir selalu orang jahat, bahkan ketika mereka menjalankan pengaruh dan bukan otoritas; terlebih lagi jika Anda menambahkan kecenderungan kepastian korupsi oleh otoritas.”

Hal serupa diungkap oleh Yesus Kristus setelah menyaksikan pertengkaran di antara kedua belas orang murid-Nya tentang siapakah yang dapat dianggap paling terbesar di antara mereka. Mereka bertengkar di sela-sela acara makan malam bersama dalam rangka merayakan Paskah Yahudi, sebab Yesus dan kedua belas murid-Nya adalah orang Yahudi dan beragama Yahudi. Suasana makan Paskah yang khusuk tersebut terusik Ketika Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dan bahwa ada di antara para murid-Nya yang akan mengkhianati Dia. Mereka mempersoalkan siapa yang terbesar di Kerajaan Allah dan lupa bahwa ada di antara mereka yang akan menjadi pengkhianat. Oleh karena itu, Yesus memperingatkan para murid bahwa mereka tidak boleh mengikuti penguasa-penguasa dunia yang memperebutkan jabatan dan kekuasaan, sehingga lupa akan persoalan utama yang sementara terjadi. Kekuasaan yang direbut dengan kekerasan akan menghasilkan penguasa-penguasa yang memerintah dengan tangan besi. Jabatan yang diraih dengan tipu muslihat akan mewariskan pemerintahan yang busuk dan penuh kemunafikan. Yesus tidak ingin hal itu terjadi dalam Kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Dia menegaskan bahwa siapakah yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Paling muda artinya mengambil sikap lebih banyak belajar, belajar dan belajar dari para senior. Pemimpin sebagai pelayan artinya pemimpin yang mau melayani dan bukan dilayani, sebagaimana moto UKI. Itulah wujud dari seorang yang rendah hati.

Bagaimana dengan kita sebagai dosen dan mahasiswa. Ketika Allah menempatkan kita sebagai pemimpin dalam lingkungan kita masing-masing, maka gaya kepemimpinan seperti apakah yang telah, sedang dan akan kita praktikan? Apakah sosok seorang penguasa dunia yang otoriter ataukah sosok sosok penguasa dunia yang melayani? Lebih jauh lagi, aspek manakah yang lebih sering kita tonjolkan dalam hidup kita? Diri yang penuh kuasa ataukah diri yang penuh kasih? Bila kita sadar bahwa kuasa cendrung untuk korup (baca: merusak), maka praktikanlah kasih yang mampu memulihkan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh kuasa yang merusak itu. Oleh karena itu, milikilah kerendahan hati agar kita sungguh-sungguh dapat mempraktikan gaya hidup yang melayani, bukan dilayani, sebagaimana moto UKI, agar kita dapat menjadi yang terbesar, seperti janji dari Tuhan Yesus.

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati

Rabu, 22 Februari 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Orang Samaria Yang Baik Hati (Lukas 10:30-35)

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat Berbagi dan Peduli sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

 

“… Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.”

 

Liputan 6.com melansir berita menyedihkan terjadi di China. Seorang anak balita berusia dua tahun bernama Yue Yue mengalami kecelakaan saat menyebrangi jalan raya di kota Foshan Cina Selatan. Yue mengalami kejadian yang mengenaskan dimana organ tubuhnya mengalami kegagalan sistemik akibat ditabrak truk.

Yang memprihatinkan, ada 18 orang yang lewat dan mengetahui keadaan Yue Yue sekarat namun tak satu pun yang menolong. Tragis! Insiden yang mengejutkan itu tertangkap di CCTV dan telah mengejutkan jutaan orang di Cina. Banyak yang mengatakan bahwa masyarakat mereka sudah tidak bermoral. Hal ini juga memicu kemarahan global setelah melihat rekaman CCTV yang menunjukkan sekitar 18 orang berjalan dan mengemudi melewati bocah kecil yang terbaring di jalanan di Kota Foshan, Provinsi Guandong. Tak ada satu pun dari mereka yang menolong. Seminggu kemudian, Yue Yue dikabarkan meninggal dunia.[1]

Belajar dari peristiwa Yue Yue, sebagai orang Kristen apalagi sebagai kalangan intelektual (dosen dan mahasiswa) seharusnya memperlihatkan kepedulian yang tinggi dengan cara berbagi dan peduli yaitu, memperhatikan kebutuhan lingkungan sekitarnya, memecahkan masalah yang terjadi, dengan iman dan ilmu yang dimiliki sehingga dapat dirasakan manfaatnya, sebagaimana nilai-nilai UKI Berbagi dan Peduli (Sharing and Caring, Ibrani 10:24) Penerapan budaya kerja ini menciptakan rasa empati (Emphaty), dengan atribut: Listening, Emphatic, Understanding, Gracious, Giving Time & Attention, Informative. Sikap berbagi dan peduli dapat dirasakan orang lain dalam bentuk empati, dan tercermin dalam perilaku yang bersedia untuk mendengar, menghargai orang lain, penuh pengertian, murah hati, bersedia memberikan waktu dan perhatian, dan bersedia memberi informasi yang diperlukan (informative), bukan sebaliknya saling sikut, saling menjatuhkan, berkonflik, menyebarkan hoax, fitnah dll.

Nats Alkitab mengenai orang Samaria yang baik hati mengajarkan kepada kita, walau pun orang Israel dan Samaria memiliki permusuhan namun kebaikan hati yang ditunjukannya mencerminkan sifat-sifat Tuhan Yesus Kristus yang mengasihi dengan berbagi dan peduli (Yoh. 3:16). Kasih adalah kepedulian tanpa melihat status sosial, budaya dan agama, karena kasih bahasa Ibrani ‘ahav’ dengan bentuk tulisan בהא[2] yaitu kata אב (av yang berarti bapa) dan ה (he yang merupakan singkatan dari nama YHWH יהוה)[3], Allah adalah Kasih. (DRK) 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

Tuhan Memberkati

 

Kamis, 23 Februari 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Disiplin Rohani (1 Timotius 4:8)

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat disiplin sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam di dosen dan mahasiswa

 

Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup maupun untuk hidup yang akan datang

Atlit renang Amerika Serikat, Michael Phelps berhasil memperoleh 28 medali dalam sejumlah turnamen di berbagai tempat dalam olah raga renang.  Phelp yang mulai berlatih renang pada usia tujuh tahun, dan sejak berusia 11 tahun ia mulai berlatih dengan keras. Phelps juga menderita Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yaitu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak.  Biasanya untuk mengatasi gangguan ini, seorang anak harus mengkomsumsi obat tertentu.  Walaupun dengan keterbatasan yang ada, Phelp tidak patah semangat, ia terus berlatih dengan disiplin tinggi.  Phelp membiasakan diri untuk berlatih selama lima jam sehari, dan ia melakukannya terus-menerus, walaupun hari libur. Dengan disiplin yang tinggi sewaktu berlatih, maka ia berhasil menjadi juara Olimpiade.

Tidak ada kesuksesan tanpa disiplin diri.  Hal inilah yang harus disadari setiap orang.  jika ingin berhasil kaka ia harus hidup dengan disiplin tinggi guna mengatur waktu dan kehidupannya.  Beribadah, sebagaimana dikatakan dalam 1 Timotius 4:8 merupakan salah satu bentuk disiplin diri seorang percaya.  Dengan beribadah maka ia berlatih untuk duduk diam mendengarkan firman Tuhan.  Dengan beribadah maka ia mendisiplinkan diriu untuk berdoa. Pada dasarnya, pendisiplinan diri itu penting untuk suatu kesuksesan hidup.

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati