Senin, 22 Mei 2023

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Kerendahatian memberikan kepedulian (2 Korintus 9: 6-7).

 

Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing- masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”

Tujuan Pembacaan: Membentuk sifat berbagi dan peduli sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Dalam  masa  situasi  pandemik  covid-19  ini,  begitu  banyak  masyarakat terdampak secara ekonomi. Para pedagang besar dan kecil mengalami hambatan. Karyawan pabrik maupun harian di-PHK karena produksi perusahaan macet, serta banyak kondisi lain yang membuat masyarakat mengalami kendala dalam hal keuangan. Sementara sebagian orang lain ada yang masih bisa menikmati hidup dengan nyaman hanya dengan tinggal di rumah saja dan masih terus bekerja, khususnya yang memiliki simpanan di Bank. Ironisnya, sebagian besar yang mengalami dampak tersebut adalah orang-orang percaya (Kristen). Dari peristiwa ini   kita harusnya membuka mata dan digerakkan oleh belas kasihan sama seperti yang dilakukan Yesus saat dalam pelayanan-Nya. Yesus datang dan hadir di dunia “melayani” bukan “dilayani” sebagaimana yang dikatakan-Nya, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20: 28; Markus 10: 45). Kata yang dipakai di sini untuk pengertian “melayani” adalah “diakonein”, yang meluksikan pelayanan di meja makan. Sehingga gambarannya adalah bagaimana Yesus melayani setiap mereka yang membutuhkan, dengan penuh kasih dan tanggung jawab penuh.

Ada banyak kutipan firman Tuhan yang mendorong kita untuk berbagi dengan orang lain. Mungkin ada banyak dari kita yang mampu memberi tapi justru terlalu egois, atau juga membantu namun hanya dari kalangannya saja atau teman dekat. Ada juga dengan maksud politis, atau motivasi tertentu untuk mencari muka agar naik jabatan dan lain sebagainya. Karena itulah, firman Tuhan mengingatkan kita untuk memakai kekayaan dan kemampuan yang diberikan kepada kita dengan bijak dan bahkan bisa dikelola untuk berbagi dengan orang lain yang membutuhkan sebagaimana yang dikatakan Amsal 11: 24-26: ‘Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.’ Arti firman Tuhan menegaskan bahwa Tuhan tidak melihat seberapa banyak yang bisa kita bagikan untuk orang lain. Tapi seberapa tulus dan pedulinya kita memberinya.

Dalam suatu lembaga perguruan tinggi banyak dosen dan mahasiswa, tenaga kependidikan yang perlu mendapat perhatian khusus, terutama yang terkena dampak pandemik. Pertanyaannya, sudah sejauhmanakah kepedulian kita yang beruntung memiliki hidup lebih baik dari mereka yang terimbas? Apa bentuk kepedulian kita untuk turut serta memberikan bantuan materi, atau bantuan moril lainnya yang dapat dinikmati mereka? Rasul Paulus mengatakan, “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing- masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9: 6-7). Selamat berbagi dan peduli.

 

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas).

 

 

Tuhan Yesus Memberkati

Selasa, 23 Mei 2023

 

 

Doa Pembuka Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Kehidupan Berintegritas (Titus 1:9)

 

dan berpegang kepada perkataan yang benar, yang sesuai dengan ajaran yang sehat, supaya ia sanggup menasihati orang berdasarkan ajaran itu dan sanggup meyakinkan penentang-penentangnya.

 

Tujuan Pembacaan: Membangun sikap berintegritas sebagai bagian dari nilai- nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa.

Kehidupan seorang dosen dan mahasiswa dalam peranannya sebagai insan pembelajar dilihat oleh banyak orang, karena seorang dosen dan mahasiswa adalah orang-orang yang dituntut oleh mayarakat menjadi teladan. Ia dikelilingi banyak saksi. Ada potensi kemunafikan pada seorang dosen atau mahasiswa, saat di hadapan banyak orang ia tampil sebagai pribadi yang tanpa cacat tetapi di tempat lain yang tidak terlihat ada dosa yang disembunyikan yaitu, tidak jujur dalam proses pembelajaran. Ada dosen yang malas mengembangkan kemampuannya dalam tri-dharma perguruan tinggi, tidak mengevaluasi pengajarannya sehingga tidak menampilkan kualitas kerja yang diinginkan lembaga. Mahasiswa sering memiliki prinsip SKS (sistem kebut semalam) tidak mengerjakan tugas secara sistematis, pandai memanipulasi (plagiat) karya orang lain, tidak memenej perkuliahan dengan baik dan membuang waktu bermain gadget atau game online dan lain sebagainya sehingga tidak terlihat kinerja akademik sebagai wujud integritas insan pembelajar sebagaimana Titus 1:9 katakan.

Kehidupan yang berintegritas adalah kehidupan yang menjadikan pikiran

yang difokuskan sebagai suatu tindakan yang mengarah kepada suatu perubahan yang positif. Kehidupan yang berintegritas berbicara tentang keutuhan, kejujuran, kesatuan, antara apa yang diucapkan dan dilakukan oleh seseorang dengan tanggung jawab, kehidupan yang dikehendaki oleh Allah untuk setiap individu Kristen. Secara khusus jika orang tersebut adalah seorang dosen dan mahasiswa yang terlibat dalam proses pembelajaran haruslah mempunyai integritas di dalam dirinya sendiri karena integritas menjadi kunci bagi seorang pembelajar yang nantinya akan terjun melayani di tengah-tengah masyarakat

 

luas sebagai wujud tri-dharma perguruan tinggi. Oleh karena itu, integritas menjadi sesuatu yang sangat penting, manakala diperhadapkan pada situasi zaman yang semakin buruk. Lebih-lebih jika soal integritas ini dihubungkan dengan persoalan kepercayaan dan dukungan yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

Belajar dari surat Rasul Paulus kepada anak rohaninya Titus tiga hal penting yang perlu diketahui adalah: Pertama, Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi pemimpin jemaat. Hal itu dikemukakan terutama karena kelakuan orang-orang di Kreta banyak yang jahat. Kedua, Titus dinasihati mengenai bagaimana seharusnya ia mengajar setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat itu, yaitu golongan laki-laki dan wanita yang sudah tua (yang seharusnya mengajar pula orang-orang yang lebih muda dari mereka), golongan orang-orang muda, dan golongan hamba-hamba. Akhirnya Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen. Yang paling penting ialah bahwa orang Kristen harus peramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan perpecahan.1

Pentingnya Integritas menurut Titus 1 dalam upaya peningkatan pelayanan dosen dan mahasiswa merupakan suatu sikap yang harus dimiliki antara lain: pertobatan, memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan, memiliki kepribadian yang baik, menjadi saksi melalui sikap hidup, memiliki prinsip yang benar dalam melayani dan memiliki pengajaran yang benar harus dijalankan sebagai wujud dari tanggungjawab kepada Tuhan.

 

Doa Penutup: (Jika ada yang ingin di doakan, petugas doa dapat meminta pokok- pokok doa untuk di doakan di kelas). Tuhan Yesus memberkati.

 

Tuhan Yesus Memberkati

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1 Sumiwi, A. R. E., & Santo, J. C. (2019). Menerapkan konsep pelayan tuhan perjanjian baru pada masa kini. EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani, 3(2), 94-106.

 
 

MATA KULIAH KEBANGSAAN (MKK)

 

Jumat, 26 Mei 2023

Doa Pembuka

Lagu Pujian

Pembacaan Firman Tuhan

Tema: Power Tends To Corrupt (Lukas 22:25-26)

Tujuan  Pembacaan: Membentuk sifat rendah hati sebagai bagian dari nilai-nilai UKI dalam diri dosen dan mahasiswa

 

P

Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.” (Lukas 22:25-26)

 

 

ower tends to corrupt, and absolute power corrupts absolutely” atau kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup, merupakan ungkapan yang terkenal dari Lord Acton (1834–1902). Nama aslinya adalah John Emerich Edward Dalberg-Acton, Baron Acton pertama, Marquess of Groppoli ketiga belas, dalam monarki kerajaan Inggris. Lord Acton adalah seorang sejarawan, politisi, dan penulis Katolik di Inggris. Pada tahun 1895, dia diangkat menjadi Profesor Regius Sejarah Modern di Cambridge University. Dia menyampaikan dua mata kuliah Revolusi Prancis dan Sejarah Modern. Berdasarkan para penguasa dari masa ke masa, termasuk dalam revolusi Prancis dan sejarah modern, dia menyimpulkan bahwa kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan absolut pasti korup. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Uskup (Bishop) Gereja Anglikan, Mandell Creighton, pada tanggal 5 April 1887. Lebih jelasnya, dia menulis “Kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Orang-orang hebat hampir selalu orang jahat, bahkan ketika mereka menjalankan pengaruh dan bukan otoritas; terlebih lagi jika Anda menambahkan kecenderungan kepastian korupsi oleh otoritas.”

Hal serupa diungkap oleh Yesus Kristus setelah menyaksikan pertengkaran di antara kedua belas orang murid-Nya tentang siapakah yang dapat dianggap paling terbesar di antara mereka. Mereka bertengkar di sela-sela acara makan malam bersama dalam rangka merayakan Paskah Yahudi, sebab Yesus dan kedua belas murid-Nya adalah orang Yahudi dan beragama Yahudi. Suasana makan Paskah yang khusuk tersebut terusik Ketika Yesus berbicara tentang Kerajaan Allah dan bahwa ada di antara para murid-Nya yang akan mengkhianati Dia. Mereka mempersoalkan siapa yang terbesar di Kerajaan Allah dan lupa bahwa ada di antara mereka yang akan menjadi pengkhianat. Oleh karena itu, Yesus memperingatkan para murid bahwa mereka tidak boleh mengikuti penguasa-penguasa dunia yang memperebutkan jabatan dan kekuasaan, sehingga lupa akan persoalan utama yang sementara terjadi. Kekuasaan yang direbut dengan kekerasan akan menghasilkan penguasa-penguasa yang memerintah dengan tangan besi. Jabatan yang diraih dengan tipu muslihat akan mewariskan pemerintahan yang busuk dan penuh kemunafikan. Yesus tidak ingin hal itu terjadi dalam Kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Dia menegaskan bahwa siapakah yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan. Paling muda artinya mengambil sikap lebih banyak belajar, belajar dan belajar dari para senior. Pemimpin sebagai pelayan artinya pemimpin yang mau melayani dan bukan dilayani, sebagaimana moto UKI. Itulah wujud dari seorang yang rendah hati.

Bagaimana dengan kita sebagai dosen dan mahasiswa. Ketika Allah menempatkan kita sebagai pemimpin dalam lingkungan kita masing-masing, maka gaya kepemimpinan seperti apakah yang telah, sedang dan akan kita praktikan? Apakah sosok seorang penguasa dunia yang otoriter ataukah sosok sosok penguasa dunia yang melayani? Lebih jauh lagi, aspek manakah yang lebih sering kita tonjolkan dalam hidup kita? Diri yang penuh kuasa ataukah diri yang penuh kasih? Bila kita sadar bahwa kuasa cendrung untuk korup (baca: merusak), maka praktikanlah kasih yang mampu memulihkan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh kuasa yang merusak itu. Oleh karena itu, milikilah kerendahan hati agar kita sungguh-sungguh dapat mempraktikan gaya hidup yang melayani, bukan dilayani, sebagaimana moto UKI, agar kita dapat menjadi yang terbesar, seperti janji dari Tuhan Yesus.

Doa Penutup: (jika ada yang ingin di doakan, petugas doa meminta pokok-pokok doa untuk di doakan di kelas)

 

Tuhan Memberkati